Minggu, 09 Oktober 2011

Keseharian Dalam Hidup aku

Aku adalah seorg mahasiswi di perguruan Swasta dan saat ini msh semester 5 q jalanin hari  penuh keceriaan dan senyuman karna da org yg selalu membangkitkan semangat hidup ku org itu adalah kedua org tua ku yg tak lelah mengingat kan q,
ada lah org yg sering menyuport ku yaitu org spesial dalam hidup q n sahabat q.,.,.
setiap hari sebelum  pergi kuliah q selalu membantu org tua dalam membersih kan rmh yg selalu membuat q bahagia.,.
saat ini juga q ikut pelatihan program di kampus juga untuk menambah ilmu pengetahuan walau pun banyak menyita waktu emank keberhasilan harus di awalin dengan bersakit2 dahulu insyaallah aku bisa .,.
cita2 terbesar dalam hidup aku adalah membahagiakan kedua org tua q yg q sayangin semoga aku bisa.,.
itu lagh sebagian kecil keseharian q yg membuat q bahagia.,.
makasih atas smua nya ya.,.,.




Makna di Balik Senyum Sang Pengemis Cilik

"Terlambat, terlambat!" aku terus-menerus meruntuk dalam hati. Kulirik jam tanganku yang kini menunjukkan pukul sebelas kurang tiga menit. Kalau mengingat waktu janjianku bersama teman-temanku adalah pukul sebelas tepat, sudah dipastikan kalau aku pasti terlambat.
Aku menyeka keringat yang mengalir di dahiku. Ah, rasanya matahari hari ini terlalu bersemangat memancarkan sinarnya. Bahkan akupun yang berada di dalam angkutan kota pun —setidaknya aku bersyukur aku tidak tergolong dalam golongan orang-orang yang berada di luar sana yang sedang melakukan berbagai kegiatan: berdagang, menunggu seseorang, menunggu angkutan, atau yang paling menyedihkan; mengemis— merasakan teriknya sang surya.
Kalau begini barulah ibukota Jakarta menampilkan wujudnya yang sesungguhnya: penat. Ironis memang, di saat para pejabat kaya sedang bersenang-senang dengan uang rakyat, kenyataanya rakyatnya justru menderita lahir-batin.
Karena inilah sesungguhnya realitas kota Jakarta yang tersembunyi di balik megahnya bayang-bayang gedung pencakar langit yang begitu mewah. Di balik segala keindahan yang absurd, ada segelintir —tidak, dominan dalam hal ini— orang-orang yang harus bekerja keras mencari nafkah demi mendapatkan sesuap nasi. Mereka yang sesungguhnya layak mendapatkan kehidupan lebih baik, tapi nyatanya justru harus menanggung beratnya beban kehidupan sendiri. Tanpa saudara. Tanpa ada sesorang yang dapat berbagi segala keluh-kesah dengan mereka.
Hatiku terasa teriris memikirkan bagaimana mereka hidup. Tanpa adanya rumah tempat mereka berlindung dari segala tempaan cuaca, aku tak dapat membayangkannya, sungguh.
Rumah. Rasanya kata itu terasa begitu familiar di telinga kita semua. Rumah tempat kita berbagi, rumah tempat kita melepaskan segala penat, rumah tempat kita berteduh. Ah, mengingatnya membuatku merasa sangat bersyukur.
"Ka…, minta uang untuk beli susu adik saya, Ka…" aku tersentak begitu seorang bocah cilik berpakaian lusuh mendekati angkutan kota yang kutampangi ini. Wajahnya hitam dan kotor, khas para pengemis yang setiap hari harus berpaparan langsung dengan sinar matahari. Rambutnya memerah dan kusam, mengingatkanku pada anak-anak kurang gizi yang sesekali ditampilkan beritanya di televisi.
Aku masih termenung memandangi anak itu ketika supir angkot yang tampaknya sedang kesal itu memaki si anak dengan kata-kata kasar, "Heh, Gembel! Pergi sana!"
Aku terkejut mendengar sang supir mengeluarkan kata-kata itu. Demi Tuhan, anak itu hanya sekitar delapan tahun! Bagaimana mungkin sang supir dapat mengeluarkan makian seperti itu padanya? Ia bahkan tidak melakukan apa-apa, ia hanya meminta! Salahkah kalau nasibnya mengharuskannya menjadi seorang pengemis cilik? Salahkah kalau ia hanya dapat meminta di usianya yang masih sangat belia, ketika anak-anak lain yang seumuran dengannya justru sedang bermain dengan segala barang mewah?
Aku baru saja mau menegur sang supir ketika seorang ibu di sebelahku justru membela sang supir. "Iya! Pergi sana! Udah panas, minta-minta lagi! Hush, hush!"
Astagfirullah, aku beristigfar dalam hati. Ibu-ibu ini… ugh. Aku baru saja berpikir ia akan memberi anak itu uang, melihat penampilannya yang memang terlihat begitu mewah. Tangannya memegang sebuah tas bermerk yang kuketahui harganya mahal. Cincinnya pun terlihat mahal dengan sebuah batu safir hijau yang memang sangat indah. Lantas aku benar-benar tak habis pikir, bagaimana mungkin ibu-ibu yang penampilannya sedemikian mentereng ini enggan memberikan selembar uang seribuan pada seorang pengemis cilik?
Aku mendengus kencang, berharap mereka sedikit saja tersinggung. Kurogoh saku-ku dan kukeluarkan uang dua ribuan milikku, berniat memberikannya pada si pengemis.
"Mau ngapain, Dik?" seorang bapak di hadapanku memandangku heran. Aku balas menatap matanya yang menyiratkan rasa bingung.
"Mau ngasih ke adik ini." balasku singkat. Orang-orang di dalam angkot memandangku kesal.
"Buat apa?" seorang mahasiswa di bangku pojok bertanya dengan nada meremehkan.
Aku balas menatap matanya dengan defensif. "Ya untuk adik ini. Buat beli susu adiknya." balasku mulai kesal. Kutatap pengemis cilik itu. Tanganku terulur untuk memberikan uang itu ketika tiba-tiba angkutan kota itu melesat dengan cepatnya.
Ah. Ternyata sudah lampu hijau.
"Pak, kenapa langsung jalan, sih? Kasihan tahu anak itu, saya belum sempat memberinya uang!" omelku kesal pada sang supir angkot yang anehnya justru terkekeh geli.
"Mbak, yang kayak begitu jangan dikasih! Mereka itu malas, dan asal mbak tahu, di pojok-pojok jalan raya, ada para preman yang nantinya menjadi tempat setoran anak-anak gembel itu." supir angkot itu masih terkekeh. Aku termenung.
Aku tahu, aku sering menyaksikan berita di televisi yang mengatakan kalau ada dalang di balik setiap anak jalanan. Tapi aku sendiri memutuskan tidak ambil pusing terhadap hal itu. Bagaimanapun niatku hanya membantu. Mereka mungkin akan dipukuli kalau tidak dapat memenuhi keinginan sang preman. Dan membayangkannya saja membuatku bergidik ngeri.
Aku baru saja akan membalas argumen itu ketika handphone bergetar, menandakan adanya sms masuk yang berbunyi: "Nic, kamu di mana? Kita udah hampir mateng nih nungguin kamu! Lihat sekarang jam berapa!"
Aku membeku. Kulirik arloji biru-ku. Oh, pukul setengah dua belas —HEI! Artinya aku telat tiga puluh menit!
"Pak, ngebut dong!" oow. Dasar manusia. Pada akhirnya, manusia akan mendahulukan kepentingannya dan melupakan kepentingan orang lain… seperti aku.
xXx
"Empat puluh tujuh menit tiga puluh sembilan detik…" sapaan bernada muram dari Arjuna menyambutku. Alisnya melengkung, bertemu di satu titik. Wajahnya yang putih memerah —aku tidak tahu memerah karena kesal, atau karena tersengat terik matahari.
Maya yang berada di sebelahnya mendengus kesal, melirikku dengan tatapan menyindir. "Namanya juga Monica! Kalau dia ontime, artinya dunia udah mau kiamat!" katanya sarkasme.
Aku baru saja mau membela diri ketika Cahaya membelaku, "Udah deh… salah kita juga ngasih tahu Monica kalau janjiannya jam sebelas! Kalau mau ngasih tahu dia, ya harusnya sejam sebelum waktu janjian kita! Jadi, Tyo, harusnya kamu ngasih tahu Monica kalau janjiannya jam sepuluh! Baru deh dia dateng jam sebelas!" uuh. Kukira Cahaya benar-benar membelaku, ternyata menyindir juga!
"Padahal dia yang ngusulin kalau liburan kali ini kita pergi berburu buku, tapi malah dia yang ngaret…" Tyo ikut-ikutan.
Aku tersenyum masam menanggapi mereka. "Iya, iya… maaf deh. Udah yuk, langsung jalan. Nanti tambah panas nih…" kataku tidak enak.
Lagipula, tidak enak juga berlama-lama di sini. Warung es kelapa ini memang sudah lama menjadi tempat ngumpul kami, tapi bagaimanapun kami masih tahu malu.
"Omong-omong," suara Maya terdengar bingung, "yakin nih mau nyari buku di Pasar Senen? Di situ 'kan kumuh, enggak banget deh…" Maya merajuk. Aku menghela napas. Sifat manja Maya keluar.
Arjuna menggeleng-gelengkan kepalanya. "Please, deh, Maya, hari gini masih mentingin gengsi? Di senen emang kumuh, tapi kamu harus tahu, kita bisa menghemat biaya pengeluaran sampai enam puluh persen, you know?" katanya sok bule. Aku tersenyum geli. Di antara kami memang Arjuna yang paling irit. Ups, ralat. Bukan irit, tapi pelit.
Aku mengangguk menyetujui argumen Arjuna. "Iya, Maya. Hari gini masih mikirin gengsi tuh rugi!" kataku sok menggurui. Yang lain ikut mengangguk menyetujuiku.
Maya merengut kesal, "Iya deh, iya!"
Dan dengan kalimat itu, kami melesat menuju Pasar Senen.
xXx
"Tadi aku lihat ada pengemis cilik di lampu merah, begitu mau aku kasih uang, supir angkotnya langsung jalan…" aku membuka percakapan ketika kami semua berada dalam busway.
Arjuna terseyum mengejek, "Please deh, Nic. Mereka tuh biasanya bohong! Paling juga sebenarnya mereka tuh anak-anak mampu yang disuruh kerja sama orang tuanya!"
Aku menggeleng lemah. "Tapi 'kan kasihan…"
Arjuna berkata lagi, "Jangan naif, Nic. Kita harus lihat kenyataan, kalau sebenarnya memang itulah yang terjadi. Kamu nggak bisa selamanya berargumen 'sebenarnya semua orang baik, cuma mereka enggak tahu cara mengekspresikannya'. Itu pemikiran tanpa esensi yang naif."
Aku menatap Arjuna dengan kesal, tak mau kalah. "Tapi biar bagaimanapun, mereka juga manusia. Kita gak bisa tutup mata tutup telinga kalau lihat ada orang kesusahan di depan mata, 'kan?" balasku. Oke, sedikit-banyak yang dikatakan Arjuna benar –pemikiranku mungkin memang terlalu naif. Tapi… tanpa esensi, dia bilang? Aku jelas tidak terima.
"Kita emang gak bisa tutup mata tutup telinga, tapi itupun kalau memang orang itu benar-benar butuh bantuan. Kamu 'kan enggak tahu kalau mungkin saja sebenarnya para pengemis itu lebih kaya dari kita. Bisa aja mereka menjadikan mengemis semacam… pekerjaan?" Arjuna memulai lagi.
Aku mendengus kesal, merenungi perkataan Arjuna. Ya, ya… aku sadar benar bahwa apa yang dikatakan Arjuna sangat logis. Harus kuakui, cara pikir Arjuna yang selalu memandang sesuatu dari segi rasionalitas patut diacungi jempol. Berbeda denganku yang mungkin dipengaruhi perasaan seorang wanita, aku lebih berpihak pada perasaanku ketimbang logika. Ya, khas wanita.
Tapi lagi-lagi harga diriku menolak untuk menyerah dan menyetujui perkataan Arjuna. Mulutku baru saja terbuka untuk membalas ketika Arjuna kembali menginterupsiku, "Dan jangan lupa. Pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang yang melarang siapapun memberikan apapun kepada para pengemis, pengamen, bahkan pengelap kaca mobil. Perlu aku bacain isinya?" katanya angkuh.
Ah, berpikir secara rasional agaknya membuat Arjuna melupakan satu hal yang jauh lebih penting: rasa kemanusiaan. Dan aku sudah terlalu malas untuk adu argumen lebih lanjut dengannya.
"Pemberhentian selanjutnya… Pasar Senen." suara dari speaker menyadarkan kami untuk segera bersiap turun. Dengan seksama, kami pun melangkah keluar busway.
"Ah, perut Maya lapar!" Maya merajuk. Tangannya memegangi perutnya.
Aku tersenyum kecil. "Makan dulu, yuk! Maya kalau lagi lapar seram lho…" gurauku. Mereka tersenyum kecil. Kulirik arlojiku, pukul satu. Memang benar-benar jam makan siang.
"Shalat dulu, baru makan." Tyo memberi komentar. Cahaya mengangguk. Kalau soal agama, Tyo dan Cahaya memang paling tidak bisa diganggu gugat.
Begitu memasuki areal mushala di Senen, seorang pengemis cilik menghampiri kami. Melihat penampilannya, tanpa perintah otakku segera memberi sinyal untuk membandingkan penampilannya dengan pengemis yang kutemui di jalan tadi. Mereka sama-sama terlihat… kurang makan-makanan bergizi.
"Ingat Nic, jangan dikasih." Arjuna mengingatkanku ketika tanganku mulai menggerilya saku-ku, mencari satu-dua lembar uang seribuan.
"Kenapa sih? Mau berbuat baik kok dihalangin…" kataku kesal. Dalam hati aku meruntuk. Tadi orang-orang dalam angkot, sekarang temanku sendiri! Ada apa sih dengan mereka semua? Apa mereka tidak punya rasa iba pada anak-anak kurang beruntung ini?
Bukan salah mereka kalau mereka tidak beruntung, kan? Lagipula siapa sih yang mau memilih dilahirkan dalam keluarga yang kurang mampu?
"Mbak, saya lapar…" katanya lirih. Matanya mengiba, membuatku dengan cepat segera merasa simpati padanya.
Di belakangku, seorang bapak berteriak. "Jangan dikasih, Dek! Uangnya bukan buat mereka, tapi buat orang tua mereka!"
Duh, godaan. Mau tidak mau otakku merapuhkan tekadku. Aku menghela napas panjang, berusaha memikirkan yang terbaik.
"Ya udah, Mbak, gak apa-apa." Sekali lagi lirih suaranya membuatku ingin sekali memberikan uang ini. Tapi mencoba berpikir secara rasional nyatanya membuatku kehilangan rasa kemanusiannku. Tubuhku tak bergerak, tak mengejarnya dan mataku hanya terpaku manatap punggung bocah cilik yang semakin menjauhiku itu.
Begitu punggungnya tak lagi terjangkau dengan sudut pandang mataku, suara Tyo mengagetkanku.
"Sudah pukul satu lewat lima belas, nih. Ayo shalat." katanya pelan. Yang lain mengikutinya menuju mushala sederhana itu.
"Aku tunggu di sini saja, ya… Aku lagi haid." kataku jujur. Mereka mengangguk. Begitu mereka memasuki mushala, aku segera mengistirahatkan tubuhku dengan kursi kayu lapuk yang berada di dekat situ.
Menunggu memang bukan kegemaranku. Sejujurnya, aku bahkan punya prinsip lebih baik terlambat daripada menunggu. Yah, sangat-sangat subyektif memang. Tapi kebanyakan orang memang menilai kalau cara berpikirku memang unik dan berbeda dari kebanyakan orang.
Duduk dan berdiam membuat pikiranku menjadi melayang. Aku kembali mengingat pengemis cilik tadi. Menyesal rasanya lebih mendengarkan omongan orang ketimbang kata hatiku sendiri. Walau bagaimanapun, harusnya aku membantu mereka, bukan bersikap acuh layaknya para pemimpin negara yang berpura-pura bersikap peduli pada rakyatnya tapi pada kenyataannya sama sekali tidak bertindak.
Padahal aku benci orang-orang yang henya bisa mengatakan sesuatu di mulut, bukan melakukan dengan tindakkan. Tapi kenyataannya, aku baru saja menjadi seperti itu. Aku bahkan melupakan fakta kalau bahwa selama ini aku selalu berprinsip hidup bukan untuk diri sendiri.
Oh, Tuhan… aku merasa sangat berdosa. Bagaimana mungkin aku melupakan segala pandangan hidup yang selama ini kuanut? Bagaimana mungkin aku melupakan ajaran orang tuaku, bahwa aku harus selalu berbagi terhadap seksama? Bagaimana mungkin… bagaimana mungkin…
"Hoy! Ngelamun!" suaru cempreng Cahaya mengejutkanku. Huh, ternyata aku terlalu asyik tenggelam dalam pertentangan batinku. Setelah konflik ide antara aku dan Arjuna tadi berlangsung, dengan bodohnya aku membiarkan diriku terjadi pertentangan batin. Dasar, membuatku lelah saja.
Mereka semua ternyata sudah selesai shalat. Karena itu kami memutuskan untuk makan dulu, baru hunting buku. Apalagi aku memiliki penyakit maag, jadi mereka memaksa untuk makan dulu.
Baru beberapa langkah dari mushala, aku melihat segerombolan orang berkerumun di salah satu sudut pertokoan. Yang pria tampak beringas dan berteriak sesuatu seperti, "Hajar terus!" atau, "Jangan diampuni!", sedangkan yang wanita kebanyakan menutup mulut sambil menangis.
Aku mengernyitkan kening. Ada apa, ya? Kenapa firasatku sedemikian buruk?
Kulangkahkan kakiku menuju kerumunan orang itu ketika tangan teman-temanku menahanku. "Mau ke mana kamu?" mereka melihatku dengan pandangan curiga.
Aku menunjuk kerumunan orang itu. "Aku mau lihat—"
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Tyo mengintrupsiku dengan gemas. "Gila kamu! Itu paling orang pasar yang berantem! Kalau kamu kena sasaran gimana?" katanya emosi. "Kalau mau ngelakuin hal tuh pikir panjang dulu, Nic!"
Aku mendengus sebal. "Biarin kenapa sih! Kalian tunggu di sini saja kalau takut!" kataku keras kepala. Aku memang sangat lemah dalam urusan mengontrol emosi dan rasa penasaranku.
Mereka geleng-geleng kepala melihat kekeras kepalaanku. Mereka mengerti kalau aku tak akan bisa dicegah kalau sudah ingin melakukan sesuatu, jadi dengan enggan, mereka akhirnya mau menemaniku melihat apa yang terjadi, dengan syarat kalau keadaan gawat kami harus segera lari.
Dengan takut-takut –tentu saja aku pengecualian dalam hal ini— kami mendekati kerumunan itu untuk memeriksa apa yang terjadi. Mungkin saja beritanya cukup heboh untuk dimuat di majalah sekolah, ekskul tempatku bernaung.
Sayangnya, kerumunan orang itu terlalu ramai untuk diterobos, jadi kuputaskan untuk bertanya pada seorang ibu yang kelihatannya shock sekali melihat kejadian itu.
"Ada apa, Bu?" tanyaku pelan. Ibu itu malah menangis begitu kutanya.
"A-ada anak kecil… mencuri… dipukuli…" katanya terbata. Suaranya bergetar, membuatku tidak dapat mendengarnya dengan jelas.
Anak kecil. Mencuri. Dipukuli.
Otakku mulai bekerja mencerna informasi tersebut. Tiba-tiba dadaku berdegup kencang. Mungkinkah… anak itu… pengemis yang tadi?
Astagfirullah, jangan, Tuhan, jangan… Aku berdoa dalam hati.
Mengandalkan kekuatan tekadku, kuterobos kerumunan orang itu, berusaha melihat anak malang mana yang harus mendapat penghakiman massal seperti ini. Kuhiraukan teriakan teman-temanku yang melarangku masuk.
Kali ini saja, biarkan kekuatan tekadku menang.
Langkahku terhenti ketika akhirnya aku dapat melihat sesosok tubuh kurus tak berdaya yang kini berlumuran darah itu.
Rambut hitam kemerahan itu… Mata bulat itu… Kulit kehitaman itu…
Aku tak mampu lagi bersuara. Rasanya ada yang menganjal tenggorokkanku dan dengan paksa menarik pita suaraku, membuatku hanya dapat tergagap tak percaya; antara ngeri melihat darah yang menetes-netes dari anak itu dan rasa bersalah yang dengan cepat menyergapku.
Itu dia… yang terbaring tak berdaya itu dia… pengemis cilik tadi.
Mulutku terbuka, hendak meneriakkan kata-kata, "BERHENTI!" pada para pria yang masih memukuli anak itu, tapi aku tak mampu mengeluarkan kata-kata apapun. Oh, bahkan saat ini, aku tidak pingsan pun merupakan keajaiban.
Aku terus menerus menangis memandang wajah lebam anak itu, aku ingin sekali menghentikan ini… tapi tidak bisa.
"BERHENTI! CUKUP!" sebuah suara lantang mengejutkanku. Itu suara Arjuna dan Tyo, aku kenal benar suara mereka. "ADA POLISI! STOP!" suara mereka bergema lagi.
Dalam hitungan detik, pada pria yang memukuli anak itu kocar-kacir ke segala arah, meninggalkan sesosok tubuh anak kecil yang kini sedang berjuang melawan maut.
Aku gelagapan, tangisku makin kencang melihat anak itu kini memandangku. Aku takut darah… aku takut darah… aku tidak bisa menghampiri anak itu.
Tapi aku merasa berdosa… sangat. Kupaksakan kakiku melangkah menghampiri anak itu. Aku masih mendengar suara Cahaya terdengar panik ketika meneriakkan, "Panggil ambulance!"
"Maaf…" suaraku bahkan terdengar aneh di telingaku sendiri. "Maaf… maaf… maaf." aku mengulanginya berkali-kali, walau sejujurnya tak tah pada siapa dan untuk apa aku mengucapkan kata-kata itu.
Entah keberanian darimana, kukeluarkan sapu tangan kesayanganku dan kutekan luka sobek di dahi anak itu. Pendarahannya cukup banyak, dan sebagai salah satu anak Palang Merah Remaja di sekolah, ini saatnya untuk menerapkan kemampuanku untuk menolong orang.
Anak itu mengernyit kesakitan, tapi sudut-sudut bibirnya yang sobek membentuk sebuah… senyum? Untuk apa? Untuk keegoisan dan kebodohanku yang lebih memikirkan kata-kata orang lain ketimbang perasaanku? Untuk membuatnya menjadi babak belur seperti ini!
"Kenapa… mencuri…" omonganku mulai tak karuan. Aku bermaksud menanyakannya agar ia tak kehilangan kesadaran, karena akan semakin gawat kalau hal itu terjadi.
Anak itu masih tersenyum, mungkin sedikit bingung apa maksud dari kata-kataku. Aku bermaksud mengatakan, "Kenapa kau mencuri, Dik?" tapi yang keluar hanya gumaman-gumaman tak jelas yang bahkan teredam tangisku.
"Aku lapar… tidak ada uang…" katanya parau.
Hatiku serasa ditusuk samurai mendengarnya. Kalau saja tadi aku memberinya uang, mungkin tidak akan seperti ini… Kalau saja tadi aku menuruti kata hatiku, pastilah anak ini masih baik-baik saja… Kalau saja…
"Kakak baik…" katanya lirih, nyaris tak terdengar olehku. "Aku tahu kakak baik… aku lihat dari mata kakak…"
Tangisku semakin kencang mendengar kata-katanya. Setelah semua kejadian ini, ia masih menganggapku baik? Setelah semua yang kulakukan… ia masih menganggapku baik?
"Kakak cengeng…" katanya lagi. Senyum di bibirnya semakin lebar, dan sedetik kemudian ia kembali meringis.
Aku tercekat. Bagaimana mungkin… bagaimana mungkin anak ini…
"Kalau aku mati, aku akan minta sama Tuhan supaya kalau aku lahir lagi, aku punya kakak kayak kakak!" katanya polos. Matanya layu, dan tampaknya anak itu sudah tidak kuat lagi.
Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata. Aku benar-benar merasa berdosa…
Mata anak itu sedikit demi sedikit tertutup, seiring dengan pandanganku yang tiba-tiba juga megabur. Dan yang terakhir kudengar adalah teriakan teman-teman memanggil namaku.
xXx
Aku membuka mataku perlahan, dan terkejut begitu menyadari bahwa yang pertama kulihat adalah wajah ibuku.
"Aku di mana?" heh, dulu aku sering mengejek para pemain sinetron yang bangun-bangun selalu mengucapkan 'aku di mana', tapi kenyataannya sekarang aku melakukannya.
Ibuku tersenyum dan memelukku. "Kamu di rumah sakit…" katanya lembut. Tangannya membelai rambutku dengan lembut. "Kamu pingsan tadi."
"Tadi?" aku mengingat-ingat kejadian sebelum pingsan. Darah… kata-kata polos… senyum… anak kecil…
Tunggu. Anak kecil.
"Di mana anak itu, Bu?" kataku tak sabar. Jangan-jangan anak itu…
Ibuku tersenyum lembut sekali lagi. "Dia di ruang ICU. Tapi dia selamat. Kata dokter, untuk pertolongan pertama yang kamu berikan tepat, jadi nyawanya masih selamat." raut wajahnya berbinar. "Ibu bangga sama kamu."
Aku tersenyum masam. Setidaknya… aku masih bisa menebus kesalahanku.
"Bu?" tanyaku takut-takut. Sebuah ide gila terlintas begitu saja di benakku.
"Kenapa, sayang?" tanyanya lembut. Tangannya sibuk membereskan barang-barangku.
"Kalau kita… angkat anak itu gimana?" tanyaku takut-takut. Terdengar gila memang, tapi kurasa ideku tidak buruk.
Ibu menghentikan aktivitasnya. Matanya menatap mataku dengan teduh. "Nggak bisa, sayang… Kamu punya adik, dan kamu tahu ayah dan ibu sama-sama kerja. Kita justru akan dosa kalau kita mengangkatnya menjadi keluarga kita tapi kita tidak mengurusnya…" jelasnya sabar.
Aku mengangguk mengerti. Tapi…
"Ah. Tapi ibu punya kenalan sebuah panti asuhan. Kalau anak itu masuk ke sana, kamu tetap bisa bertemu anak itu kapanpun kamu mau, kan?" penjelasan ibu membuatku tertegun.
"Benar, Bu?"
"Ya."
Alhamdulillah, Alhamdulillah… aku mengucap syukur dalam hati. Terima kasih Allah, aku tahu engkau selalu memberi jalan terbaik…
-Tamat-

Sabtu, 08 Oktober 2011

Kisah Tiga Anak Kembar "Cerita Humor Lucu"



Di suatu tempat ada seorang ibu yang sedang mengandung bayi, dan setelah diperiksa pada seorang dukun, ternyata ibu tersebut mengandung bayi kembar tiga laki-laki.

Walaupun sudah bertahun-tahun tak ada satupun tanda-tanda bahwa bayi yang dikandungnya akan keluar. Karena sang ibu tersebut tak kunjung-kunjung melahirkan juga, maka bayi kembar tiga tersebut tua di dalam perut.

Karena sudah bertahun-tahun di dalam perut, bayi kembar tiga itupun akhirnya bisa bicara dan berbincang-bincang sesama saudaranya.

Bayi Tertua : " Jika aku besar nanti aku ingin jadi kepala PLN saja !"

Bayi Tengah dan Bayi Termuda : " Hah !!! Kenapa kakak ingin jadi kepala PLN??? "

Bayi Tertua : " Aku ingin menerangi tempat kita ini, soalnya dari dulu gelap sekali tempat kita ini !"

Bayi Tengah dan Bayi Termuda : " Ohh...."

Bayi Tengah : " Kalau aku ingin jadi kepala PU saja ! "

Bayi Tertua : " Kenapa kamu ingin jadi kepala PU dik? "

Bayi Tengah : " Aku ingin membuat jalan, agar kita bisa keluar dari tempat ini kak "

Bayi Tertua : " Ohh... Kalau kamu adik bungsu, Mau jadi apa ? "

Bayi Termuda : " Kalau aku ingin jadi seorang Detektif kak !!! "

Bayi Tengah : " Mengapa kamu ingi jadi Detektif ?! "

Bayi Tertua : " Iya kenapa ????"

Bayi Termuda : " Aku ingin menyelidiki si 'Kepala Gundul' yang bermulut satu kak. Soalnya tiap malam dia selalu muncul dan selalu muntah !!! "

Bayi Tertua dan Bayi Tengah : " Iya kami juga penasaran dengan dia ? "

my self

CERPEN

Tersenyumlah Sahabat Ku!!

Kala mentari sudah mulai menampakan dirinya, pancaran sinarnya pun mulai terasa hangat. Tubuhku sudah siap untuk menyambut pagi ini, meski bahan makalah masih terbengkalai, laporan karya ilmiah masih terbengkalai, tugas-tugas sekolah pun masih terbengkalai dan sekarang muncul pula masalah yang memusingkan kepala. Meski pikiranku ini tak karuan, aku paksakan kaki ini untuk terus melangkah ke tempat tujuan.

Cerpen Sahabat, Cerpen tentang Sahabat, Cerpen Sahabat Terbaru 2011Dia datang dengan wajah cemberut, yang duh .... aku tak suka, wajah itu mengingatkan aku pada musuh-musuh teroris yang seakan-akan ingin memangsa negeri ini sampai tak berdaya. Gayanya, senyum sinisnya, bicaranya, diamnya dan aku muak pada semua yang berhubungan dengannya. Iya ... aku tau, dia sahabatku. Sahabat yang selama ini ada disampingku, berjuang dan hidup di tempat yang sama, bahkan tak jarang makan dan tidur bersama. Tapi sedihnya kebersamaan yang indah itu harus terenggut begitu saja, kami mengalami perang dingin semenjak kebersamaan itu terekat semakin indah. Awalnya tidak ada yang salah, kami tetap seperti dulu, akrab dan selalu bersama, dimana-mana berdua, dimana diri ini berada, disitu pun ada dia. Tapi seketika bencana datang menghadang, ombak yang besar menghancurkan sendi-sendi persahabatan kami, dan yang ada kini hanya tinggal puing-puing tak berarti.
Aku sedih .. !!

Iya ,, aku sangat sedih. Dalam waktu sekejap persahabatan yang indah itu hancur berkeping-keping. Wajah manis berubah menakutkan, tak ada kata yang keluar dari bibirku dan bibirnya. Bibir itu mengatup tanpa komando. Kebahagiaan berubah menjadi kesedihan, kebersamaan berubah menjadi perpisahan. Meski raga bersatu tapi jiwa terpisah.

Sering aku bertanya dalam hati, kenapa ini bisa terjadi?? Mengapa kesedihan yang sama harus terulang kembali, mengapa harus ada kesedihan setelah kesedihan itu pergi ??
Tapi sayang, tak ada jawaban !
Pertanyaan hanya tinggal tanya. Aku hanya manusia biasa, aku tetaplah insan lemah yang tak punya daya. Aku tidak bisa mengelak dari bencana itu.

“ Rha, besok giliran kelompok kita untuk presentasi, tadi siang Fachri kasih tau aku.” Aku beranikan diri menghampirinya. Aku harus bisa melawan syetan itu. Aku tidak mau dicap sebagai orang yang suka memutuskan tali silaturrahmi. Seperti sabda Nabi dalam sebuah hadistnya : “Tidak akan masuk surga orang yang mendiamkan saudaranya selama lebih dari 3 hari.”

Percuma beribadah sepanjang masa kalau akhirnya tetap masuk neraka. Itulah kenapa aku mati-matian ungkapkan sepatah dua patah kata padanya. Aku tak peduli apakah dia mau dengar atau tidak, ditanggapi atau tidak aku tak peduli. Biar saja, yang yang penting tugas dan kewajibanku selesai. Dia mengangguk sambil bergumam pelan, aku tidak sempat mendengar gumaman itu karena aku terlanjur mengangkat kaki dari sana, aku tak punya daya untuk terus menopang kaki di tempat itu. Tak ada ucapan terima kasih yang aku dengar dari bibirnya. Biarlah ! aku tak butuh ucapan terimakasih itu, yang pasti aku lega karena kewajiban itu berhasil aku tunaikan. Setidaknya aku tidak akan masuk neraka karenanya. Itu saja !

Lambat laun perang dingin itu tercium juga. Teman-teman sekelas pun heran melihat aku yang tidak seperti biasanya. Mereka yang tau aku dan kenal siap aku, mereka yang selalu melihat aku dengan Zahra selalu bersama-sama. Tapi sekarang .. mereka tak melihat lagi hal itu. Mungkin mereka juga sudah tau masalah antara aku dan Zahra.

Aku ditemui Nabil setelah bel pulang sekolah di ruang kelas.
“ Syah, ada masalah ya sama Zahra ?” tanyanya sambil menarik kursi dan duduk disampingku. Mau tak mau aku harus jujur.
“ Iya, aku juga ngga tau kenapa bisa terjadi ?” ujarku.
“ Awalnya gimana sih kejadiannya ?” Nabil balik Tanya.
“ Aku rasa karena masalah kemarin, dia nanya tapi aku menanggapinya kurang ramah. Seharusnya dia juga ngerti kalau saat itu aku lagi bingung dan panik.”
” Kamu kenapa jawabnya kurang ramah?” protes Nabil.
”Aku kesal aja, dia ngga sopan sama aku. Memang dia anggap aku apa ?” Aku balik protes.

” Aku tau, semuanya terjadi karena kalian sama-sama panik dan terjadilah salah paham seperti itu. Sekarang kamu lupakan saja masalah itu.kembalilah bersikap biasa, bersahabatlah seperti dulu. Aku ngga suka kamu seperti itu.
” Sebenarnya aku yang salah, seharusnya aku bersikap bijaksana, tidak boleh membalas keegoan dengan keegoan yang lain.”

” Nah ,, itu kamu tau sendiri. Sekarang kamu harus seperti dulu lagi, sapa dan bicaralah denganya. Jangan takut dicuekin, itu tantangan mulia untukmu. Ayo Aisyah ...berjuanglah ! sangat mulia orang yang menghubungkan silaturrahmi.” Nabil menasehatiku. Aku bersyukur punya teman yang perhatian dan suka mengingatkan. Dia memang teman yang baik.

” Makasih ya ,, Bil. Aku akan berjuang mengembalikan jalinan itu kembali. Mohon doanya ya !!
Aku menggerakan bibir sambil membentuknya menjadi lebih indah, itu senyuman paling manis yang aku ciptakan. Aku berharap senyumman itu bisa meluluhkan hatinya. Tapi ternyata senyum itu hanya tinggal senyum. Senyuman manisku teracuhkan begtu saja, dia melengah tanpa membalas sedikitpun. Hatiku menyuruh sabar .. sabar .. dan tetap sabarr.

Perjuangan belum usai !!
Aku tidak boleh menyerah ...
Aku harus tetap berjuang sampai senyuman manisku dibalas dengan senyuman yang paling manis.
” Oya ,, Rha , besok materi presentasi kita tentang wawancara, drama dan pidato.” Lagi-lagi senyumku mengembang sambil menyapanya. Aku bersyukur punya bahan pembicaraan supaya bisa berbicara dengannya. Dia diam saja, lagi-lagi tanpa ucapan terima kasih. Ah ,, sudah biasa.

Hari ini kos’an sepi, sunyi, tak ada suara-suara yang berarti. Mungkin semua orang sibuk dengan aktivtasnya disekolah. Aku tau, di kamar sebelah ada Zahra. Aku juga tau, hanya aku dan Zahra yang tersisa di kos’an hari ini. Aku sengaja berangkat agak siang ke sekolah,karena aku tau Zahra masih siap-siap di kamarnya. Aku beranikan diri menghampirinya dan mencoba menyapanya. Bermaksud untuk mengajak beangkat kesekolah bersama, tapi sayang sepertinya usahaku kembali sia-sia. Dia seolah-olah menganggapku tak ada. Saat itu, tak sanggup lagi rasanya hatiku menerima perlakuan seperti ini. Dia hanya diam saja tak perdulikan omonganku.

” Rha ,, aku kesekolah duluan ya.” Lagi-lagi aku tabah-tabahkan hati setelah sekali lagi dicuekin. Dalam hati aku berdoa semoga Allah melembutkan hatinya dan bisa menerima aku kembali menjadi sahabatnya. Sayang ,, persahabatan indah itu harus pupus di tengah jalan setelah sekian lama membinanya

” Boleh bicara, Rha ?” Aku menghampirinya di perpustakaan. Dia cuek, tanpa mmenoleh sama sekali, matanya lekat tertuju pada buku yang sedang dia baca.

“ Rha ,, kamu dengar suara aku kan ?” kali ini suaraku terdengar serak.sedih sekali dicuekin seperti ini.

“ Mau ngomong apa ?” Itu suara Zahra. Alhamdulillah akhirnya suara itu terdengar juga setelah sekian lama aku menantinya.

“ Kita tidak boleh seperti ini terus Rha, diam-diaman tanpa kenal dosa.sedih hati ini Rha, kita bersahabat sejak lama, sayang hanya karena masalah sepele kita bermusuhan seperti ini. Mari kita rajut kembali benang-benang itu menjadi tali ukhuwah yang lebih indah, mari kita bina persahabatan kita kembali.” Air mataku berjatuhan dari pelupuknya. Air mata itu mengalir mengairi pipi mulusku lalu merambas ke sela-sela jilbab putih yang aku pakai. “Rabb ,, hati ini sedih sekali.” Batinku pelan.

“ Terserah ....” Hanya itu jawaban darinya.
“ Terserah apanya, Rha ?”
“ Ya terserah .”
“ Kamu ga boleh seperti itu Rha, kasihlah komentar harus seperti apa hubungan kita,harus dibawa kemana persahabatan kita ?”
“ Up to you !” itu jawaban singkat yang betul-betul menyinggung perasaanku. Sedikitpun dia tidak menghargai aku sebagai sahabatnya. Dari jawaban ketus itu aku bisa mengambil kesimpulan bahwa Zahra tak lagi menganggap diriku sahabatnya.
“ Terima kasih Rha atas jawabanmu, setidaknya aku tau apa yang harus aku lakukan setelah ini. Maaf kalau aku selama ini tidak bisa menjadi sahabat yang baik bagimu, maaf kalau selama ini aku sering merepotkanmu dan maaf kalau aku harus mengambil keputusan yang aku sendiri tak sanggup melakukannya.

Tapi sanggup tak sanggup aku harus tetap menjalankannya. Air mtaku bertambah deras membasahi pipi,suaraku gemetar tak terhingga. Sebelum beranjak aku kuatkan hati untuk mengulurkan tangan ingin bersalaman, mungkin jabat tangan terakhir. Alhamdulillah dia menyambutnya walaupun hanya sekilas saja.
Aku beranjak ke luar dengan hati pilu. Keputusanku sudah bulat, aku harus hijrah ke tempat lain. Aku tidakmau menjadi masalah disini. Mengalah bukan berarti kalah bukan ???

Namun, sungguh sejujurnya aku tak mengharapkan kejadian ini. Aku pikir semuanya akan baik-baik saja.

Sudahlah ...
Apa dayaku ,,,
Harapan aku selama ini tak kunjung ku dapatkan, ku tak temukan lagi ”senyuman dari sahabatku”.

SAHABAT
Aku bersembunyi ..
Bukan berarti akumenghindar
Aku tenggelam..
Bukan berarti aku menghilang
Tapi..
Semua itu aku lakukan
Demi kebaikan kitabersamanya

Selasa, 04 Oktober 2011

Visual Basic versi 6.0


Perbedaan VB dan VB.net

Visual Basic versi 6.0 adalah versi terakhir VB sebelum berubah menjadi .Net. Banyak yang bertanya tentang perbedaan antara keduanya. Berikut sekilas perbedaan dan persamaan VB 6.0 dan VB .Net.
  • VB6 baru sebagian mendukung OOP. VB .Net telah mendukung penuh OOP.
  • Hasil kompilasi source code pada VB6 adalah file .exe biner (native code). VB .Net berupa file .exe intermediate language (MSIL byte code).
  • Hasil kompilasi pada VB6 dapat langsung dieksekusi. VB .Net membutuhkan run time environment / framework (.Net framework)
  • VB6 bermasalah pada deployment-nya (DLL hell). VB .Net tidak
  • Program dari VB6 tidak dapat langsung berinteraksi dengan program dari bahasa lain. VB .Net dapat selama bahasa lain mendukung .Net
  • Perintah-perintah dasar pada VB6 dan VB .Net sebagian besar masih sama kecuali untuk perintah-perintah OOP-nya
  • Dari sisi IDE-nya, pengetikan kode pada VB.Net lebih cepat dari pada di VB6
  • Untuk akses ke database VB.Net menggunakan ADO.Net, VB6 menggunakan ADO. ADO.Net bukan pengembangan dari ADO. Jadi ADO.Net menggunakan teknologi yang berbeda dengan ADO
  • Selain itu pada VB.Net 2008, dapat menggunakan LINQ (Language Integrated Query) untuk mempermudah mengaksesan data

PERKEMBANGAN VB


Perjalanan dari Visual Basic (VB1 to VB 10)
  1. Proyek “Thunder” dirintis
  2. Visual Basic 1.0 (May 1991) di rilis untuk windows pada Comdex/Windows Wordltrade yg dipertunjukan di Atlanta , Georgia
  3. Visual Basic 1.0 untuk DOS dirilis pada bulan September 1992.  Bahasa ini tidak kompatibel dengan Visual Basic For Windows. VB 1.0 for DOS ini pada kenyataaanya merupakan versi kelanjutan dari compiler BASICQuickBasic dan BASIC Professional DevelopmentSystem
  4. Visual Basic 2.0 dirilis pada November 1992, Cakupan pemrogramannya cukup mudah untuk digunakan dan kecepatannya juga telah di modifikasi. Khususnya pada Form yg menjadikan object dapat dibuat secara seketika, serta konsep dasar dari Class modul yg berikutnya di implementasikan pada VB 4
  5. Visual Basic 3.0 , dirilis pada musim panas 1993 dan dibagi menjadi  versi standard dan professional. VB 3 memasukan Versi 1.1 dari Microsoft Jet Database Engine yg dapat membaca serta menulis database Jet (atau Access) 1.x
  6. Visual Basic 4.0 (Agustus 1995) merupakan versi pertama yg dapat membuat windows program 32 bit sebaik versi 16 bit nya. VB 4 juga memperkenalkan kemampuan untuk menulis non-GUI class pada Visual Basic
  7. Visual Basic 5.0 (February 1997), Microsoft merilis secara eksklusif Visual basic untuk  versi windows 32 bit . Programmer yg menulis programnya pada versi 16 bit dapat dengan mudah melakukan import porgramnya dari VB4 ke VB5. dan juga sebaliknya, program VB5 dapat diimport menjadi VB4. VB 5  memperkenalakan kemampuan untuk membuat  User Control.
  8. Visual Basic 6.0 (pertengahan 1998) memperbaiki beberapa cakupan, temasuk kemapuannya untuk membuat Aplikasi Web-based . Visual Basic 6 di jadwalkan akan memasuki Microsoft “fasa non Supported” dimulai pada maret 2008
  9. Visual Basic .NET (VB 7), dirilis pada tahun 2002, Beberapa yang mencoba pada versi pertama .NET ini mengemukakan bahwa bahasa ini sangat powerful tapi bahasa yg digunakan sangat berbeda dengan bahasa sebelumnya, dengan  kekurangan diberbagai area, termasuk runtime-nya yang 10 kali lebih besar dari paket runtime VB6 serta peningkatan penggunan memory.
  10. Visual Basic .NET 2003 (VB 7.1) , dirilis dengan menggunakan NET framework versi 1.1.
  11. Visual Basic 2005 (VB 8.0) , merupakan iterasi selanjutnya dari Visual Basic .NET. dan Microsoft memutuskan untuk menghilangkan kata kata .NET pada judulnya. Pada Rilis ini , Microsoft memasukan bebrapa fitur baru, diantaranya : 
    1. Edit and Continue , mungkin inilah kekurangan fitur terbesar dari  VB .NET . pada VB 2005 ini kita diperbolehkan melakukan perubahan kode pada saat program sedang dijalankan
    2. Perbaikan pada Konversi dari VB ke VB NET12Visual Basic .NET 2003 (VB 7.1) , dirilis dengan menggunakan NET framework versi 1.1. 
  12. IsNot Patent, merupakan salah satu fitur dari Visual Basic 2005 merupakan konversi If Not X Is Y  menjadi If X  IsNot Y
  13. Visual Basic 2005 Express , merupkan bagian dari Product Visual Studio. Microsoft membuat Visual Studio 2005 Express edition untuk pemula dan yg gemar dengan VB, salah satu produknya adalah Visual Basic 2005 Express yg merupakan produk gratis dari Microsoft
  14. Visual Basic “Orcas” (VB 9.0) , dijadwalkan akan dirilis pada tahun 2007 dan dibangung diatas .NET 3.5. Pada rilis ini , Microsoft menambahkan beberapa fitur , diantaranya :
    - True Tenary operator , yaitu fungsi If(boolean,value, value)  yg digunakan untuk menggantikan fungsi IIF
    - LINQ Support
    - Ekspresi Lambda
    - XML Literals
    - Nullable types
    - Type Inference 
  15. Visual Basic ‘VBx’ (VB 10.0) , Visual Basic 10, yang  juga dkenal dengan nama VBx, akan menawarkan dukungan untuk Dynamic Language Runtime. VB 10 direncanakan akan menjadi bagian dari SilverLight 1.1

Microsoft Visual Basic .NET
Adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem .NET Framework, dengan menggunakan bahasaBASIC. Dengan menggunakan alat ini, para programmer dapat membangun aplikasi Windows Forms, Aplikasi web berbasis ASP.NET, dan juga aplikasicommand-line. Alat ini dapat diperoleh secara terpisah dari beberapa produk lainnya (seperti Microsoft Visual C++Visual C#, atau Visual J#), atau juga dapat diperoleh secara terpadu dalam Microsoft Visual Studio .NET. Bahasa Visual Basic .NET sendiri menganut paradigma bahasa pemrograman berorientasi objek yang dapat dilihat sebagai evolusi dari Microsoft Visual Basic versi sebelumnya yang diimplementasikan di atas .NET Framework. Peluncurannya mengundang kontroversi, mengingat banyak sekali perubahan yang dilakukan oleh Microsoft, dan versi baru ini tidak kompatibel dengan versi terdahulu.

Definisi Visual Basic



  1. Visual Basic merupakan cara termudah dan tercepat untuk membuat aplikasi yang dijalankan di sistem operasi Microsoft Windows®. Apakah Anda seorang profesional atau pemula sekalipun di bidang pemrograman Windows, Visual Basic menyediakan kepada Anda sekumpulan perangkat untuk mempermudah dan menyederhanakan pengembangan aplikasi yang tangguh.
  2. Lalu apa sebenarnya definisi dari Visual Basic itu sendiri? Kata “Visual” merujuk kepada metode yang digunakan untuk membuat antar muka yang bersifat grafis Graphical User Interface (GUI). Daripada menulis berbaris-baris kode untuk menjelaskan pemunculan dan lokasi dari suatu elemen di dalam antar muka, Anda dengan mudah dapat menambahkan object yang sebelumnya sudah dibangun ke dalam tempat dan posisi yang Anda inginkan di layar Anda. Jika Anda pernah menggunakan program untuk menggambar seperti Paint, maka Anda sebenarnya sudah memiliki keahlian uuntuk membuat sebuah antar muka pengguna secara efektif.
  3. Kata “Basic” merujuk kepada bahasa BASIC (Beginners All-Purpose Symbolic Instruction Code), sebuah bahasa yang digunakan oleh banyak programmer dibandingkan dengan bahasa lainnya dalam sejarah komputer. Visual Basic telah berubah dari bahasa asli BASIC dan sekarang memiliki ratusan pernyataan (statements), fungsi (functions), dan kata kunci (keywords), dan kebanyakan di antaranya terkait dengan antar muka grafis di Windows. Pengguna tingkat pemula sekalipun dapat membuat aplikasi dengan mempelajari hanya beberapa kata kunci, sementara kekuatan dari bahasanya membolehkan para pengguna tingkat professional mencapai apapun yang dapat dihasilkan dengan menggunakan bahasa pemrograman Windows lainnya.
  4. Bahasa pemrograman Visual Basic tidaklah hanya identik dengan Visual Basic saja. Sistem Pemrograman Visual Basic dalam bentuk Edisi Aplikasi, telah dimasukkan ke dalam Microsoft Excel, Microsoft Access, dan banyak aplikasi Windows lainnya juga menggunakan bahasa yang sama. Visual Basic Scripting Edition (VBScript) adalah sebuah bahasa skrip yang digunakan secara lebih umum dan merupakan bagian dari bahasa Visual Basic. Dengan mempelajari Visual Basic, maka Anda akan dibawa ke area-area yang telah disebutkan tadi.
  5. Apakah tujuan Anda untuk membuat sebuah utility sederhana untuk diri Anda sendiri atau untuk kelompok kerja Anda, sebuah sistem berskala perusahaan, atau bahkan aplikasi yang terdistribusi melalui Internet, Visual Basic memilik perangkat yang Anda butuhkan.
  6. Fitur Data Access membolehkan Anda untuk membuat database, aplikasi front-end, dan komponen di sisi server (scalable server-side components) untuk hampir semua format database yang terkenal, termasuk Microsoft SQL Server dan database level perusahaan lainnya.
  7. Teknologi ActiveX™ membolehkan Anda untuk menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh aplikasi-aplikasi lainnya, seperti pengolah kata Microsoft Word, Microsoft Excel spreadsheet, dan aplikasi Windows lainnya. Anda bahkan dapat mengotomatisasikan aplikasi-aplikasi dan objek-objek yang dibuat dengan menggunakan edisi Professional atau Enterprise Visual Basic.
  8. Kemampuan Internet membuatnya mudah menyediakan pengaksesan ke dokumen-dokumen atau file-file dan aplikasi-aplikasi melalui Internet atau intranet dari dalam aplikasi Anda, atau untuk membuat aplikasi Internet server.
  9. Aplikasi akhir Anda nantinya akan berbentuk sebuah file .exe yang menggunakan Visual Basic Virtual Machine dan dapat Anda distribusikan secara bebas.

Minggu, 02 Oktober 2011

Visual Basic 6.0 Menggunakan XP Style

Sebagaimana kita ketahui secara default visual basic 6.0 walaupun sudah dijalankan pada
Windows XP tetapi tampilannya masih windows Classic 98, belum dapat mengikuti style
Windows XP itu sendiri. Setidaknya kurang lebih ada 9009 jalan untuk membuat visual
basic 6.0 agar tampilannya mengikuti style xp atau theme yang sedang digunakan
(current theme). Beberapa diantaranya menggunakan ActiveX control, control internal,
manifest baik external ataupun internal yang menggunakan resource dan lain sebagainya.
to Focus
Fokus kita kali ini adalah vb6 menggunakan style xp dengan XP Manifest. Ya, benar kita
akan membahas xp manifest internal menggunakan resource ataupun xp manifest external
yang menggunakan XML (eXtended Markup Language). Ini adalah cara termudah agar
program kita dapat mengikuti style XP saat dijalankan di Windows XP.
Lisensi Dokumen:
Copyright © 2009 IlmuKomputer.Org
Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan
secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus
atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap
dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin
terlebih dahulu dari IlmuKomputer.Org.
Komunitas eLearning IlmuKomputer.Org
Copyright © 2009 IlmuKomputer.Org
2
VB6 IDE
Ketik script xml berikut dalam text editor (seperti notepad) lalu simpan file tersebut
dengan nama vb6.exe.manifest.
Sudah disertakan dalam file supplemen e-book IlmuKomputer ini. (vb6xpstyle.zip) atau
Alternative Download: http://www.ziddu.com/download/2658154/vb6_manifest.zip.html
Setelah itu copy ke folder dimana visual basic 6.0 (vb6.exe) berada. Nah…, Sekarang
aktifkan aplikasi VB6 dan lihatlah IDE-nya sudah mengikuti style xp.
<?xml version="1.0" encoding="UTF-8" standalone="yes"?>
<assembly xmlns="urn:schemas-microsoft-com:asm.v1" manifestVersion="1.0">
<assemblyIdentity
version="1.0.0.0"
processorArchitecture="X86"
name="Microsoft.VB6.VBnetStyles"
type="win32"
/>
<description>VBnet Manifest for VB6 IDE</description>
<dependency>
<dependentAssembly>
<assemblyIdentity
type="win32"
name="Microsoft.Windows.Common-Controls"
version="6.0.0.0"
processorArchitecture="X86"
publicKeyToken="6595b64144ccf1df"
language="*"
/>
</dependentAssembly>
</dependency>
</assembly>
Komunitas eLearning IlmuKomputer.Org
Copyright © 2009 IlmuKomputer.Org
3
VB6 Project
Style Menggunakan XML
Project Folder: vb6xpxmlext
Jika sebelum Anda memasuki bab perihal pembahasan ini, yaitu dengan nekat telah mencopy
vb6.exe.manifest tadi ke folder project Anda dan me-rename-nya menjadi
project1.exe.manifest yang disandingkan dengan program Anda (project1.exe). Maka
secara otomatis file hasil compile-an tadi ngambek dan pastinya tidak mau jalan.
Speaker Anda mungkin hanya akan berbunyi (teeng, teeng) setiap berulang kali Anda
mencoba mengaktifkan program project1.exe Anda dan tidak tampil apa-apa. Lebih
buruk lagi muncul kotak dialog: error, please reinstall this program and bla…bla. bla..
Coba tebak apa yang salah? Yup.., benar XP Manifest tadi belum di inisialisasikan. Lalu
bagaimanakah cara membuat kode untuk menginisialisasikannya? Ya.. ya.. itu cukup
mudah. Tinggal ikuti prosedur dibawah ini.
1. Bukalah proyek baru menggunakan Standar.Exe.
2. Double klik Form1, dan ketikan kode berikut pada halaman kode.
3. Dari menu utama pilih menu Project Add Module. Pada kotak dialog Add
Module klik tombol Open. Atau dengan double klik icon Module.
4. Pada halaman kode Module1 ketikan kode berikut ini.
5. Kembali ke Form1, tambahkan sebuah objek command button.
Private Sub Form_Initialize()
InitCommonControls
End Sub
Public Declare Function InitCommonControls Lib "COMCTL32.DLL" _
() As Long
Komunitas eLearning IlmuKomputer.Org
Copyright © 2009 IlmuKomputer.Org
4
6. Compile project Anda.
7. Pastikan Anda sudah membuat project1.exe.manifest pada folder hasil compile. Nama
manifest yaitu mengikuti nama executable hasil kompilasi misal program Anda
Aqua.exe maka nama manifest-nya adalah Aqua.exe.manifest.
8. Jalankan program. Lihatlah program berjalan dengan normal dan tentunya dengan
style XP, atau style theme xp yang sedang Anda gunakan.
VB6 Project
Style Menggunakan XML Autowrite
Project Folder: vb6xpxmlxto
Apabila Anda diserang badai kemalasan, untuk men-copy file manifest ke setiap folder
project Anda atau barangkali untuk menangulangi file manifest di hapus oleh pengguna
program kita. Maka, bisa Anda gunakan module xpmanifest.bas (sudah saya modifikasi
sedikit agar setiap selesai inisial xp style maka file bla..bla..bla.exe.xpmanifest akan
secara otomatis dihapus).
Loh apa ndak sulit buatnya? Tidak kok, tinggal ikuti saja.
1. Bukalah proyek baru menggunakan Standar.Exe.
2. Double klik Form1, dan ketikan kode berikut pada halaman kode.
Private Sub Form_Initialize()
xpManifestInitial
End Sub
Komunitas eLearning IlmuKomputer.Org
Copyright © 2009 IlmuKomputer.Org
5
3. Dari menu utama pilih menu Project Add Module. Pada kotak dialog Add
Module klik tombol Open. Atau dengan double klik icon Module.
4. Pada halaman kode Module1 ketikan kode berikut ini.
'XP Manifest for visual basic 6.0
'Type External Autowrite & Stleath
Private Type tagInitCommonControlsEx
lngSize As Long
lngICC As Long
End Type
Private Declare Function InitCommonControlsEx Lib "comctl32.dll"
(iccex As tagInitCommonControlsEx) As Boolean
Private Const ICC_USEREX_CLASSES = &H200
Public Sub xpManifestInitial()
On Error Resume Next
Dim F As String
F = App.Path & "\" & App.EXEName & ".exe.manifest"
If Dir(F) = "" Then
Open F For Output As #3
Print #3, "<?xml version=" & Chr(&H22) & "1.0" & _
Chr(&H22) & " encoding=" & Chr(&H22) & "UTF-8" & _
Chr(&H22) & " standalone=" & Chr(&H22) & "yes" & _
Chr(&H22) & " ?>"
Print #3, "<assembly xmlns=" & Chr(&H22) & _
"urn:schemas-microsoft-com:asm.v1" & Chr(&H22) & _
" manifestVersion=" & Chr(&H22) & "1.0" & Chr(&H22) & ">"
Print #3, vbTab & "<assemblyIdentity"
Print #3, vbTab & vbTab & "version=" & Chr(&H22) & _
"1.0.0.0" & Chr(&H22)
Print #3, vbTab & vbTab & "processorArchitecture=" & _
Chr(&H22) & "X86" & Chr(&H22)
Print #3, vbTab & vbTab & "name=" & Chr(&H22) & _
App.CompanyName & "." & App.ProductName & "." & _
App.EXEName & Chr(&H22)
Print #3, vbTab & vbTab & "type=" & Chr(&H22) & _
"win32" & Chr(&H22) & " />"
Print #3, vbTab & "<description>" & App.Comments & _
"</description>"
Print #3, vbTab & "<dependency>"
Print #3, vbTab & "<dependentAssembly>"
Print #3, vbTab & "<assemblyIdentity"
Print #3, vbTab & vbTab & "type=" & Chr(&H22) & _
"win32" & Chr(&H22)
Print #3, vbTab & vbTab & "name=" & Chr(&H22) & _
"Microsoft.Windows.Common-Controls" & Chr(&H22)
Print #3, vbTab & vbTab & "version=" & Chr(&H22) _
& "6.0.0.0" & Chr(&H22)
Print #3, vbTab & vbTab & "processorArchitecture=" & _
Chr(&H22) & "X86" & Chr(&H22)
Print #3, vbTab & vbTab & "publicKeyToken=" & _
Chr(&H22) & "6595b64144ccf1df" & Chr(&H22)
Print #3, vbTab & vbTab & "language=" & Chr(&H22) & _
"*" & Chr(&H22) & " />"
Print #3, vbTab & "</dependentAssembly>"
Print #3, vbTab & "</dependency>"
Print #3, "</assembly>"
Print #3, ""
Close #3
Shell App.Path & "\" & App.EXEName & ".exe", vbNormalFocus
DoEvents
End
End If
Komunitas eLearning IlmuKomputer.Org
Copyright © 2009 IlmuKomputer.Org
6
5. Kembali ke Form1, tambahkan sebuah objek command button.
6. Compile project Anda. Jalankan dan lihatlah hasilnya.
Dengan cara ini Anda tak perlu membuat file manifest dengan cara manual karena file
manifest akan dibuat dan kemudian di hapus oleh program. Lebih tepatnya pada sub
xpManifestInitial yang dipanggil pada Form_Initialize().
VB6 Project
Style Menggunakan Resource
Project Folder: vb6xpxmlres
Jika boleh berkata jujur, sebenarnya saya tahu cara ini saat sebelum mendekompilasi
program “123 Flash Compressor” menggunakan VBReformer. Pertama saya lihat
program tersebut dengan PEiD ternyata diketahui program tersebut ditulis menggunakan
VB6. Saya lihat stylenya kok memakai XP, tetapi tidak ada file manifest-nya. Saya
berpikir, barangkali menggunakan resource dan ternyata benar saat saya buka dengan
Resource Hacker. Langsung saja saya klik menu Action Save Resource As a *.res
File. Saya coba di VB6 tentunya dengan inisialisasi komponen comctl32.dll dan berhasil.
Dim Ticce As tagInitCommonControlsEx
Ticce.lngSize = LenB(iccex)
Ticce.lngICC = ICC_USEREX_CLASSES
InitCommonControlsEx Ticce
Kill App.Path & "\" & App.EXEName & ".exe.manifest"
On Error GoTo 0
End Sub
Komunitas eLearning IlmuKomputer.Org
Copyright © 2009 IlmuKomputer.Org
7
Langkah-langkah cara membuatnya adalah sebagai berikut.
1. Bukalah proyek baru menggunakan Standar.Exe.
2. Double klik Form1, dan ketikan kode berikut pada halaman kode.
3. Dari menu utama pilih menu Project Add Module. Pada kotak dialog Add
Module klik tombol Open. Atau dengan double klik icon Module.
4. Pada halaman kode Module1 ketikan kode berikut ini.
5. Dari menu utama pilih menu Project Add File… (Ctrl + D). Cari file
xpmanifest.res (sudah disertakan dalam file supplement e-Book ini).
6. Kembali ke Form1, tambahkan sebuah objek command button.
7. Compile project Anda.
8. Jalankan program. Lihatlah program berjalan dengan normal dan tentunya dengan
style XP, atau style theme xp yang sedang Anda gunakan.
Dengan cara ini Anda tak lagi perlu membuat xpmanifest secara manual ataupun secara
automatis menggunakan kode program, karena xpmanifest telah tersedia sebagai resource
dengan nama file xpmanifest.res.
Private Sub Form_Initialize()
InitCommonControls
End Sub
Public Declare Function InitCommonControls Lib "COMCTL32.DLL" _
() As Long
Komunitas eLearning IlmuKomputer.Org
Copyright © 2009 IlmuKomputer.Org
8
VB6 Project
Style Menggunakan XML
Project Folder: vb6xpvoodo
Dengan menggunakan module ModXP.bas yang ditulis oleh Voodoo Attack!!. Kita dapat
menggunakan XP Style tidak hanya untuk aplikasi yang ditulis dengan Visual Basic 6.0
tetapi juga Visual Basic 5.0
Cara membuatnya adalah sebagai berikut.
1. Bukalah proyek baru menggunakan Standar.Exe.
2. Double klik Form1, dan ketikan kode berikut pada halaman kode.
3. Dari menu utama pilih menu Project Add Module. Klik tab Existing . Carilah file
ModXP.bas (sudah disertakan dalam file supplemen e-Book ini). Dan klik open.
4. Kembali ke Form1, tambahkan sebuah objek command button.
5. Compile project Anda.
6. Jalankan program. Lihatlah program berjalan dengan normal dan tentunya dengan
style XP, atau style theme xp yang sedang Anda gunakan.
ModXP.bas XPStyle Module yang saya pergunakan adalah versi 2.00
Private Sub Form_Initialize()
XPStyle
End Sub
Komunitas eLearning IlmuKomputer.Org
Copyright © 2009 IlmuKomputer.Org
9
Info .Net
Supplemen e-Book ini (vb6xpstyle.zip) dapat Anda peroleh pada website
IlmuKomputer.Org. Ketikan http://www.ilmukomputer.org pada browser favorit Anda.
Lihat pada kolom daftar penulis, cari nama ‘Prasetyo Priadi’ klik link tersebut. Maka
Anda akan dibawa ke halaman list e-Book yang pernah di publish oleh penulis. Cari judul
e-Book ini (“Visual Basic 6.0 Menggunakan XP Style”). Klik link tersebut. Dengan
segera Anda akan dihadapkan dengan halaman review singkat e-Book ini. Klik link
vb6xpstyle.zip untuk men-download file supplemen.
Penutup
Semoga para pembaca sekalian yang budiman, mendapat tambahan wawasan
dengan membaca e-Book ini. Peribahasa mengatakan 'Tiada gading yang tak retak' ::
Berarti semua gading retak ? Tidak juga , tapi jika ada maka sudilah kiranya pembaca
mengirimkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan e-Book ini agar supaya
menjadi lebih baik untuk masa kedepannya dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Kritik, saran dan tegur sapa dapat Anda kirimkan ke alamat e-Mail.
prasetyopriadi[at]yahoo.co.id
Sekian.
Daftar Pustaka
Nakoko, David, Menggunakan Style XP di Microsoft Visual Basic 6.0, Site:
http://davidnakoko.wordpress.com/2007/12/17/menggunakan-style-xp-di-microsoft-visualbasic-
60/. Manifest:http://www.ziddu.com/download/2658154/vb6_manifest.zip.html
Wass, Aplikasi dengan style Xp menggunakan VB6, http://wass.wordpress.com/.
123 Flash Compressor, 2005 Flash Utility Software Studio. http://www.Flash-Utility.com.
Prasetyo Priadi
Seorang pribadi yang sangat suka, tertarik dan antusias dengan
rumus empiris, algoritma sebagai penyelesaian yang logis, desain
rangkaian elektronika, pemrograman, robotika dan ilmu pengetahuan
yang lain.
Pengagum berat teori John von Neuman, tentang ‘game of live’ atau
permainan hidup. Permainan bayangan (shadow play) atau pagelaran
wayang kulit. Teori konspirasi dan lain sebagainya.
Senang mengkaji ilmu filsafat. Bertanya dengan apa, bagaimana dan mengapa sesuatu
itu terjadi. “Siapa aktor intelektual di balik insiden ini ?” Apakah itu adalah Anda !
Lahir Cilacap, 17 April 1991. Berasal dari ras Jawa-Sunda. Bertempat tinggal di
Majenang, Cilacap, Jawa Tengah.

Sejarah Visual basic


Microsoft Visual Basic (sering disingkat sebagai VB saja) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat program perangkat lunak berbasis sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan model pemrograman (COM).
Visual Basic merupakan turunan bahasa pemrograman BASIC dan menawarkan pengembangan perangkat lunak komputer berbasis grafik dengan cepat.
Beberapa bahasa skrip seperti Visual Basic for Applications (VBA) dan Visual Basic Scripting Edition (VBScript), mirip seperti halnya Visual Basic, tetapi cara kerjanya yang berbeda.[1]
Para programmer dapat membangun aplikasi dengan menggunakan komponen-komponen yang disediakan oleh Microsoft Visual Basic Program-program yang ditulis dengan Visual Basic juga dapat menggunakan Windows API, tapi membutuhkan deklarasi fungsi luar tambahan.[1]
Dalam pemrograman untuk bisnis, Visual Basic memiliki pangsa pasar yang sangat luas.[1]Sebuah survey yang dilakukan pada tahun 2005 menunjukkan bahwa 62% pengembang perangkat lunak dilaporkan menggunakan berbagai bentuk Visual Basic, yang diikuti oleh C++JavaScriptC#, dan Java.[1]

Daftar isi

 [sembunyikan]

[sunting]Sejarah

Bill Gates, pendiri Microsoft, memulai bisnis perangkat lunak dengan mengembangkan interpreter bahasa Basic untuk Altair 8800, untuk kemudian ia ubah agar dapat berjalan di atas IBM PC dengan sistem operasi DOS. Perkembangan berikutnya ialah diluncurkannya BASICA (basic-advanced) untuk DOS. Setelah BASICA, Microsoft meluncurkan Microsoft QuickBasic dan Microsoft Basic (dikenal juga sebagai Basic Compiler).
Visual Basic adalah pengembangan dari bahasa komputer BASIC (Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code). Bahasa BASIC diciptakan oleh Professor John Kemeny dan Thomas Eugene Kurtz dari Perguruan Tinggi Dartmouth pada pertengahan tahun 1960-an.[2]Bahasa program tersebut tersusun mirip dengan bahasa Inggris yang biasa digunakan oleh para programer untuk menulis program-program komputer sederhana yang berfungsi sebagai pembelajaran bagi konsep dasar pemrograman komputer.
Sejak saat itu, banyak versi BASIC yang dikembangkan untuk digunakan pada berbagai platform komputer,[2] seperti Microsoft QBASIC, QUICKBASIC, GWBASIC, IBM BASICA, Apple BASIC dan lain-lain.
Apple BASIC dikembangkan oleh Steve Wozniak, mantan karyawan Hewlett Packard dan teman dekat Steve Jobs (pendiri Apple Inc.).[2]Steve Jobs pernah bekerja dengan Wozniak sebelumnya (mereka membuat game arcade “Breakout” untuk Atari). Mereka mengumpulkan uang dan bersama-sama merakit PC, dan pada tanggal 1 April 1976 mereka secara resmi mendirikan perusahaan komputer Apple. Popularitas dan pemakaian BASIC yang luas dengan berbagai jenis komputer turut berperan dalam mengembangkan dan memperbaiki bahasa itu sendiri, dan akhirnya berujung pada lahirnya Visual Basic yang berbasis GUI (Graphic User Interface) bersamaan dengan Microsoft Windows. Pemrograman Visual Basic begitu mudah bagi pemula dan programer musiman karena ia menghemat waktu pemrograman dengan tersedianya komponen-komponen siap pakai.[2]
Hingga akhirnya Visual Basic juga telah berkembang menjadi beberapa versi, sampai yang terbaru, yaitu Visual Basic 2010. Bagaimanapun juga Visual Basic 6.0 tetap menjadi versi yang paling populer karena mudah dalam membuat programnya dan ia tidak menghabiskan banyakmemori.[2]
Sejarah BASIC di tangan Microsoft sebagai bahasa yang diinterpretasi (BASICA) dan juga bahasa yang dikompilasi (BASCOM) membuat Visual Basic diimplementasikan sebagai gabungan keduanya.[3] Programmer yang menggunakan Visual Basic bisa memilih kode bahasa pemrograman yang dikompilasi atau kode yang harus bahasa pemrograman yang diinterpretasikan sebagai hasil porting dari kode VB.[3]Sayangnya, meskipun sudah terkompilasi jadi bahasa mesin, DLL bernama MSVBVMxx.DLL tetap dibutuhkan. Namun karakteristik bahasa terkompilasi tetap muncul (ia lebih cepat dari kalau kita pakai mode terinterpretasi).[3]

[sunting]Perkembangan Visual Basic

Visual Basic 1.0 dikenalkan pada tahun 1991. Konsep pemrograman dengan metode drag-and-drop untuk membuat tampilan aplikasi Visual Basic ini diadaptasi dari prototype generator form yang dikembangkan oleh Alan Cooper dan perusahaannya, dengan nama Tripod. Microsoft kemudian mengontrak Cooper dan perusahaannya untuk mengembangkan Tripod menjadi sistem form yang dapat diprogram untuk Windows 3.0, di bawah kode nama Ruby.
Tripod tidak memiliki bahasa pemrograman sama sekali. Ini menyebabkan Microsoft memutuskan untuk mengkombinasikan Ruby dengan bahasa pemrograman Basic untuk membuat Visual Basic.

[sunting]Dari waktu ke waktu

  • Proyek Thunder dimulai.
  • Visual Basic 1.0 dirilis untuk Windows pada Comdex/Windows Trade Show di AtlantaGeorgia pada Mei 1991.
  • Visual Basic 1.0 untuk DOS dirilis pada September 1992. Bahasa pemrogramannya sendiri tidak terlalu kompatibel dengan Visual Basic untuk Windows, karena sesungguhnya itu adalah versi selanjutnya dari kompiler BASIC berbasis DOS yang dikembangkan oleh Microsoft sendiri, yaitu QuickBASIC. Antarmuka dari program ini sendiri menggunakan antarmuka teks, dan memanfaatkan kode-kode ASCII tambahan untuk mensimulasikan tampilan GUI.
  • Visual Basic 2.0 dirilis pada November 1992. Lingkungan pemrogramannya lebih mudah untuk digunakan, dan kecepatannya lebih ditingkatkan.
  • Visual Basic 3.0 dirilis pada musim semi 1993 dan hadir dalam dua versi: Standar dan Professional. VB3 juga menyertakan versi 1.1 dari Microsoft Jet Database Engine yang dapat membaca dan menulis database Jet/Access 1.x.
  • Visual Basic 4.0 (Agustus 1995) adalah versi pertama yang dapat membuat program 32-bit seperti program 16-bit. VB4 juga memperkenalkan kemampuannya dalam membuat aplikasi non-GUI. Bila versi sebelumnya menggunakan kontrol VBX, sejak VB4 dirilis Visual Basic menggunakan kontrol OLE (dengan ekstensi file *.OCX), yang lebih dikenal kemudian dengan kontrol ActiveX.
  • Dengan versi 5.0 (Februari 1997), Microsoft merilis Visual Basic eksklusif untuk versi 32-bit dari Windows. Para programmer yang lebih memilih membuat kode 16-bit dapat meng-impor program yang ditulis dengan VB4 ke versi VB5, dan program-program VB5 dapat dikonversi dengan mudah ke dalam format VB4.
  • Visual Basic 6.0 (pertengahan 1998) telah diimprovisasi di beberapa bagian, termasuk kemampuan barunya, yaitu membuat aplikasi web. Meskipun kini VB6 sudah tidak didukung lagi, tetapi file runtime-nya masih didukung hingga Windows 7.

[sunting]Pemrograman Berorientasi Objek (OOP)

Visual Basic merupakan bahasa yang mendukung Pemrograman berorientasi objek , namun tidak sepenuhnya, Beberapa karakteristik obyek tidak dapat dilakukan pada Visual Basic, seperti Inheritance tidak dapat dilakukan pada class module, Polymorphism secara terbatas bisa dilakukan dengan mendeklarasikan class module yang memiliki Interface tertentu. Visual Basic (VB) tidak bersifat case sensitif.[4]

[sunting]Desain Visual dan Komponen

Visual Basic menjadi populer karena kemudahan desain form secara visual dan adanya kemampuan untuk menggunakan komponen-komponen ActiveX yang dibuat oleh pihak lain.[5] Namun komponen ActiveX memiliki masalahnya tersendiri yang dikenal sebagai DLL hell,Pada Visual Basic .NET, Microsoft mencoba mengatasi masalah DLL hell dengan mengubah cara penggunaan komponen (menjadi independen terhadap registry).[5]

[sunting]Lihat pula

[sunting]Referensi

  1. ^ a b c d Phil, Jones (27 September 2001). Visual Basic: A Complete Course Letts Higher Education List Series. Cengage Learning EMEA. ISBN0826454054, 9780826454058.
  2. ^ a b c d e Liberty, Jesse (27 September 2005). Programming Visual Basic 2005 O'Reilly Series Safari Books Online. O'Reilly Media, Inc. ISBN0596009496, 9780596009496.
  3. ^ a b c Liberty, Jesse (27 September 2003). Programming Visual Basic .Net O'Reilly Series Safari Books Online. O'Reilly Media, Inc. ISBN0596004389, 9780596004385.
  4. ^ Boehm, Anne (27 September 2008). Murach's Visual Basic 2008 Mike Murach Series: Training and Reference Series. Mike Murach & Associates. ISBN 1890774456, 9781890774455.
  5. ^ a b Petroutsos, Evangelos (27 September 2010). Mastering Microsoft Visual Basic 2010. John Wiley and Sons. ISBN 0470532874, 9780470532874.